bahwa Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly/BSF) mengalami perubahan bentuk tubuh yang luar biasa selama hidupnya? 🤔 Dari telur mungil 🥚, menetas menjadi larva pemakan limbah 🐛, berubah menjadi pupa yang diam di dalam kepompong 🏠, hingga akhirnya menjadi lalat dewasa yang siap berkembang biak! 🦟
Proses ini disebut metamorfosis, yang memungkinkan BSF bertahan dan berkembang di berbagai lingkungan, termasuk di Indonesia. Yuk, kita pelajari lebih lanjut bagaimana siklus hidup BSF terjadi dan faktor apa saja yang memengaruhi pertumbuhannya! 📖🔥
Metamorfosis merupakan proses biologis yang melibatkan perubahan bentuk tubuh secara bertahap selama siklus hidup suatu organisme. Black Soldier Fly dengan nama latin Hermetia illucens L. adalah serangga asli Amerika namun saat ini telah menyebar ke berbagai belahan bumi antara 45° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan termasuk daerah tropis dan subtropis (Rhode et al., 2020). BSF juga ditemukan di Indonesia, tepatnya di daerah Maluku dan Irian Jaya sebagai salah satu ekosistem alami BSF. Suhu optimum pertumbuhan BSF adalah antara 30°C-36°C.
Larva BSF atau dalam nama ilmiah yaitu memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut:
Tabel 1 Taksnomoi Black Soldie Fly (BSF)
Kingdom | : | Animalia |
Filum | : | Arthropoda |
Kelas | : | Serangga |
Ordo | : | Diptera |
Familia | : | Stratiomyidae |
Subfamili | : | Hermatiinae |
Genus | : | Hermetia |
Spesies | : | Hermetia illucens |
Ordo Diptera merupakan ordo keempat terbanyak dikonsumsi oleh manusia. Ordo ini memiliki 16 familia, Diptera merupakan kelompok serangga yang memiliki kapasitas reproduksi terbesar, siklus hidup tersingkat, kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Proses metamorfosis BSF terdiri dari lima tahap utama: telur, larva, prepupa, pupa, dan dewasa. Setiap tahap memiliki karakteristik unik yang menunjang peran ekologis dan biologis BSF dalam siklus hidupnya. Siklus metamorfosis BSF berlangsung dalam rentan waktu kurang dari 40 hari, tergantung pada kondisi lingkungan dan asupan makanannya (Putra & Ariesmayana, 2020).
Fase hidup BSF merupakan sebuah siklus metamorfosis sempurna dengan 5 (lima) fase, yaitu telur, larva, prepupa, pupa dan BSF dewasa. Siklus metamorfosis BSF berlangsung dalam rentan waktu kurang dari 40 hari, tergantung pada kondisi lingkungan dan asupan makanannya.
Gambar 3 Siklus Hidup Maggot
Sumber: Hasil Pengamatan Peneliti
A. Fase Telur
Lalat betina BSF mengeluarkan sekitar 300-500 butir telur pada masa satu kali bertelur. BSF meletakan telurnya di tempat gelap, berupa lubang/celah yang berada di atas atau di sekitar material yang sudah membusuk seperti kotoran, sampah, ataupun sayuran busuk. Telur BSF berukuran sekitar 0,04 inci (kurang dari 1 mm) dengan berat 1-2 µg, berbentuk oval dengan warna kekuningan. Telur BSF bersifat agak lengket dan sulit lepas walaupun sudah dibilas dengan air. Suhu optimum pemeliharaan telur BSF adlah antara 28- 35ºC pada suhu kurang dari 25ºC telur akan menetas lebih dari 4 hari, bahkan bisa sampai 2 atau 3 minggu, telur akan mati pada suhu kurang dari 20ºC dan lebih dari 40ºC. Telur BSF akan matang dengan sempurna pada kondisi lembab dan hangat dengan kelembaban sekitar 30-40%, telur akan menetas dengan baik pada kelembaban 60-80%. Jika kelembaban kurang dari 30%, telur akan mongering dan embrio di dalamnya akan mati. Kondisi ini akan memicu pertumbuhan jamur jenis Ascomycetes yang dapat mempercepat kematian telur lainya sebelum menetas menjadi larva. Telur BSF juga tidak dapat disimpan di tempat yang kekurangan oksigen ataupun terpapar pada tingkat gas karbondioksida yang cukup tinggi (Putra & Ariesmayana, 2020).
B. Fase Larva
Larva yang baru menetas dari telur memiliki ukuran sangat kecil, sekitar 0,07 inci (1,8 mm), sehingga hampir tidak terlihat oleh mata telanjang (Gandana et al., 2022). Berbeda dengan lalat dewasa yang menyukai cahaya matahari, larva Black Soldier Fly (BSF) bersifat fotofobia atau sensitif terhadap cahaya. Hal ini terlihat ketika larva sedang makan, di mana mereka lebih aktif dan cenderung berada di area yang minim cahaya. Larva yang baru menetas hidup optimal pada suhu antara 27-35ºC dengan tingkat kelembapan sekitar 60-70%. Pada usia satu minggu, larva BSF menjadi lebih toleran terhadap suhu rendah. Jika tersedia cadangan makanan yang mencukupi, larva muda mampu bertahan pada suhu di bawah 20ºC atau di atas 45ºC, meskipun pertumbuhan mereka paling cepat terjadi pada suhu 30-36ºC. Setelah menetas, larva akan segera mencari tempat yang lembap untuk mulai mengonsumsi material organik yang membusuk.
C. Fase Prepupa
Fase prepupa adalah tahap transisi penting dalam siklus hidup Black Soldier Fly (BSF) yang terjadi setelah larva menyelesaikan fase pertumbuhannya. Pada tahap ini, larva berhenti makan dan mulai mempersiapkan diri untuk bermetamorfosis menjadi pupa. Ciri utama fase ini adalah perubahan warna tubuh larva menjadi lebih gelap, biasanya cokelat kehitaman, akibat pengerasan lapisan kutikula. Perubahan ini berfungsi untuk melindungi tubuh larva dari ancaman lingkungan selama fase pupa (Prasetiyo, 2023). Selain itu, prepupa menjadi lebih aktif bergerak untuk mencari tempat yang kering, gelap, dan aman, seperti tanah atau celah-celah material organik, di mana mereka dapat menjalani metamorfosis dengan perlindungan maksimal dari predator dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Pada fase ini, larva menggunakan cadangan energi yang telah mereka simpan selama fase makan intensif sebelumnya. Cadangan energi tersebut sangat penting untuk mendukung proses internal di dalam tubuh, termasuk reorganisasi organ dan jaringan selama fase pupa. Meskipun prepupa tidak lagi aktif makan, mereka masih sangat bergantung pada kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembapan. Suhu ideal untuk fase prepupa berkisar antara 25-30°C, sementara tingkat kelembapan yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko infeksi jamur atau mikroorganisme lain.
Fase prepupa memiliki durasi yang bervariasi, tergantung pada kondisi lingkungan dan ketersediaan tempat yang sesuai untuk bermetamorfosis. Setelah menemukan lokasi yang tepat, prepupa akan memasuki fase diam atau inaktif, yang menandai dimulainya proses pupa. Fase ini adalah tahap persiapan kritis yang memungkinkan BSF melanjutkan siklus hidupnya dengan sukses, menjadikannya salah satu bagian penting dalam ekosistem yang berfungsi untuk daur ulang bahan organik secara alami (Dortmans et al., 2021).
D. Fase Pupa
Setelah berganti kulit hingga selama fase prepupa, larva BSF akan memiliki kulit yang lebih keras daripada kulit sebelumnya. Yang disebut puparium dimana pupa mulai memasuki fase prepupa. Pada tahap ini prepupa akan mulai berimigrasi untuk mencari tempat yang lebih kering dan gelap, sebelum berubah menjadi kepompong. Pupa berukuran kira-kira dua pertiga dari prepupa dan merupakan tahap dimana BSF dalam keadaan pasif dan diam. Serta memiliki tekstur kasar berwarna cokelat kehitaman. Selama masa perubahan larva menjad pupa, bagian mulut BSF yang disebut labrumakan membengkok kebawah seperti paruh elang, yang kemudian berfungsi sebagai kait bagi kepompong. Proses metamorfosis menjadi BSF dewasa berlangsung dalam kurun waktu antar sepuluh hari sampai dengan beberapa bulan tergantung kondisi suhu lingkungan.
E. Tahap Dewasa
Tahap akhir dari siklus hidup BSF adalah fase dewasa. Serangga dewasa memiliki tubuh berwarna hitam dengan panjang sekitar 15–20 mm, dan rentang hidupnya hanya sekitar 5–8 hari. BSF dewasa tidak memiliki mulut yang berfungsi untuk makan, sehingga mereka hanya mengandalkan energi yang disimpan selama fase larva. Fungsi utama BSF dewasa adalah reproduksi. Setelah kawin, betina akan kembali bertelur di tempat yang kaya bahan organik, dan siklus hidup ini dimulai Kembali (Herlinda et al., 2021).
Metamorfosis sempurna BSF menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan. Proses ini tidak hanya mendukung keberlanjutan ekosistem melalui daur ulang limbah organik, tetapi juga mencerminkan efisiensi biologis BSF dalam memanfaatkan sumber daya untuk mendukung kelangsungan hidup spesiesnya. Suhu ideal untuk pertumbuhan maggot berkisar antara 27-31°C, sementara suhu di atas 36°C dapat menyebabkan maggot tidak dapat bertahan hidup. Media dengan tingkat keasaman (pH) antara 6,5 hingga 7,5 adalah lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan maggot(Izati et al., 2024). Selain itu, kondisi media yang lembap namun tidak terlalu basah atau berair sangat mendukung perkembangan maggot secara maksimal.
Pada tahap larva atau maggot, perbedaan antara jantan dan betina tidak terlihat secara kasatmata karena keduanya memiliki morfologi yang hampir sama. Namun, setelah metamorfosis menjadi BSF dewasa, terdapat beberapa perbedaan yang mencolok antara jantan dan betina. BSF betina cenderung memiliki tubuh yang sedikit lebih besar dibandingkan jantan karena kebutuhan energi tambahan untuk proses reproduksi dan produksi telur. Selain itu, jantan umumnya memiliki mata majemuk yang lebih besar dan berdekatan dibandingkan betina, karena mereka memanfaatkan penglihatan ini untuk mendeteksi keberadaan betina selama masa kawin (Herlinda et al., 2021).
Gambar 4 Perbedaan antara BSF jantan dan betina
Sumber: https://ecoflys.com/blogs/news/how-to-determine-the-sex-of-black-soldier-fly
Secara perilaku, BSF jantan biasanya lebih aktif terbang di sekitar lokasi yang strategis untuk mencari betina, sedangkan betina cenderung lebih sering berada di dekat sumber bahan organik untuk meletakkan telurnya setelah kawin. Perbedaan morfologi dan perilaku ini menjadi bagian penting dari strategi reproduksi BSF, yang mendukung kelangsungan hidup spesiesnya dalam berbagai kondisi lingkungan (Karyani, 2020).
Gambar 5 Proses perkembangbiakan Black Soldie Fly
Sumber: https://insectius.com/en/blog/bsf-neonates-insect-farm
Metamorfosis sempurna BSF, dengan berbagai karakteristik unik pada tiap tahapnya, mencerminkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan. Selain itu, perbedaan peran dan morfologi antara BSF jantan dan betina menunjukkan efisiensi spesies ini dalam mendukung keberlanjutan ekosistem dan keberhasilan reproduksinya.